Welcome Guest!
Saturday, 27 Apr 2024, 08:46
Main | Registration | Login | RSS
Translate to

Menu Site

Categories

Polling

Rate my site
Total of answers: 21

Statistic


Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Login form

Main » 2009 » December » 3 » Pendidikan Arsitektur antara Harapan dan Kenyataan
16:29
Pendidikan Arsitektur antara Harapan dan Kenyataan

Seharusnya timbul kesadaran baru diantara para arsitek bahwa pada masa-masa sekarang  ini merupakan momen yang menentukan arah ‘berasitektur’ para arsitek jika saja kesulitan ini berlalu nanti, jadi bukan hanya menjadikan gangguan kelangsungan pendidikan di Arsitektur. Kehadiran Arsitektur asing sebenarnya tidak harus menjadi acuan yang esensial, karena Karya-karya yang mereka sebagian besar hanya merupakan karya-karya replikasi atau karya-karya standar.

Secara umum memang pendidikan di luar negeri lebih baik daripada di dalam negeri, tetapi  tidak semua pendidikan di luar negeri lebih baik daripada pendidikan di Indonesia. Memang pada dasrnya Pendidikan di luar negeri, lebih inovatif dan mahasiswa diberi kebebasan untuk menganut teori atau paham tertentu, dan yang paling utama pengajar disana berusaha untuk memahami dalam proses, kerangka berpikir, dan maupun pola pikir para mahasiswanya. Sedangkan di Indonesia terasa lebih konservatif.

Seperti yang kita ketahui Bauhaus sebagai lembaga pendidikan pertama yang meletakkan dasar-dasar desain modern. Bauhaus memperkenalan  kontribusi Gropius dalam gerakan modern. Sekalipun umur lembaga pendidikan desain modern ini tidak lama, namun asas-asas yang dikembangkannya masih terus aktual dalam kehidupan masyarakat industrial saat ini. Selain itu tidak kalah penting adalah peranan  Bruno Taut, yang dikenal sebagai avantgardist arsitektur Jerman. Nama ini sering disebut sebagai satu tokoh mitos dalam gerakan modern. Sekalipun demikian kontribusi Bruno Taut bagi gerakan modern masih sangat langka dibahas. Tetapi pendidikan di Bauhaus merupakan pendidikan yang sangat mementingkan perenungan dalam mendisain, hal ini yang sering dilupakan ataupun tidak sempat dilakukan, sehingga seolah-olah karya-karya yang ada hanya merupakan replikasi-replikasi dari beberapa karya yang ada dan kemudian dimodifikasi kembali. 

Sedangkan kalau kita berpaling ke kondisi Indonesia yang memiliki peninggalan arsitektur dan variasi urban design yang beragam namun sering terabaikan dan mengalami proses "Ke-Aus-an”. Ditambah dengan adanya kesenjangan antara  kaya dan miskin juga menjadi kendala  bagi pembangunan perkotaan. Pendidikan arsitektur mempunyai kewajiban untuk  memecahkan masalah  tersebut. Namun demikian, pendidikan harus pula punya visi ke depan, kita harus mampu membekali calon arsitek untuk bersaing lebih luas lagi.

Demikian banyaknya teori arsitektur dengan tekanan khusus pada disain harus kita kembangkan karena kita sangat tertinggal, terutama bagaimana mendisain arsitektur modern dan pasca-modernisme secara benar. Sedangkan yang terpenting adalah urban design, yang antara lain adalah :

1.      Mampu untuk menanggapi permasalahan secara Kontekstual

2.      Bagaimana merancang berbagai bangunan dalam sebuah kawasan yang relatif luas.

3.      Menciptakan Public Space yang manusiawi.

4.      Menghasilkan perancangan urban fabric dengan kepadatan yang sangat tinggi.

Kita sering meributkannya tetapi kurang memahami bagaimana memecahkan masalah perkotaan kita yang semakin lama semakin rusak. Pada dasarnya setiap Institusi Arsitektur akan mengatarkan mahasiswa didikannya untuk memiliki kemampuan dengan skill tinggi. Hal ini sangat menunjang dalam peroses merancang, baik itu berupa konsep maupun perancangan (karya).

Selain itu ada permasalah lain yang tidak kalah penting adalah Teknologi, dinama kita harus lebih banyak belajar untuk memahami teknologi dan bahan yang lebih modern dalam merancang. Sedangkan kenyataan yang ada sekarang ini, setiap tahun akan dihasilkan 3.500 sarjana arsitek baru , jika setiap semester Institusi di Indonesia menghasilkan 25 orang Arsitek.

 Kita mempunyai Banyak pakar Arsitektur yang terutama di bidang regionalisme seperti Romo Mangun ,Gunawan Tjahyono, Suyudi, Silaban, Han Awal, Hasan Poerbo, Ardi Wardiman,  Johan Silas. dan Wondo Amiseno, dimana mereka mengadaptasi arsitektur lokal ke arsitektur modern., mengabstraksi bentuk-bentuk lokal ke bentuk modern.

 Akhirnya kita hanya bisa berharap arsitektur Indonesia dihasilkan dengan dasar teori disain yang lebih bervariasi dan mendalam. Di Indonesia saat ini memiliki banyak bangunan-bangunan yang sangat membutuhkan revitalisasi dan konservasi. Revitalisasi bangunan-bangunan kuno untuk difungsikan secara modern sangat penting. Urban disain dan ruang publik yang adadiciptakan sebaik-baiknya bagi masyarakat. Tipologi dan Proses Perancangan  bangunan kita dan daerah  pedestrian kita kondisinya sangat jauh dari yang diharapkan, maka dari itu Pendidikan Arsitektur di Indonesia seharusnya bisa kita pecahkan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Category: Opinion | Views: 1062 | Added by: pindo | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Only registered users can add comments.
[ Registration | Login ]