Welcome Guest!
Friday, 26 Apr 2024, 13:15
Main | Registration | Login | RSS
Translate to

Menu Site

Categories

Polling

Rate my site
Total of answers: 21

Statistic


Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Login form

Main » 2009 » December » 3 » Proses Berpikir Arsitektur bukan Intuitif
16:38
Proses Berpikir Arsitektur bukan Intuitif

Arsitektur adalah jembatan antara "art” dan "sains”, "manusia” dan "alam”. Dengan semakin meningkatnya kompleksitas dan perubahan pandangan dalam pembentukan lingkungan "Physic” dan "Behaviour” manusia, kebutuhan baru sebagai pelengkap sangat diperlukan dalam pendidikan arsitektur dan profesi perencanaan/perancangan. Dalam usaha memenuhi tantangan ini, pendidikan arsitektur harus dipersiapkan hingga mahasiswa mampu membuat keputusan yang "komunikatif”  (secara obyektif) dan " responsif” (secara subyektif) kepada perubahan yang dinamis yang ada pada manusia dan lingkungannya. Oleh sebab itu perlu sekali mempertimbangkan dan memberikan respon secara serius kepada masalah-masalah yang ada dalam lingkungan terbina (the build environment).

Perencanaan dan perancangan Arsitektural yang optimum berarti optimum pula secara "art” dan "sains” , secara "kualitatif” dan "kuantitatif”

Perkembangan teknologi yang semakin pesat dan akurat memberi acuan (stimuli) kepada penggunaan sistem informatika (komputer) guna mendapatkan hasil yang lebih "pasti” dan "teliti” dan tidak lagi mengandalkan hal-hal yang "praktis” dan "asumsi”. Kemantapan karya Arsitektur dapat ditingkatkan dan menjadi lebih dapat dipertanggung-jawabkan dengan meyakini semua kaidah yang harus terkait disertai "teori” yang lebih mantap.

 Arsitektur sebagai suatu proses


Secara umum Arsitektural Programming melibatkan aktivitas mengindikasi persoalan (Problem seeking) yang telah dipisahkan dari proses kreativitas dalam perancangan fisik. Pendapat lama programming dan desain harus dipisahkan sama sekali berdasarkan pengertian bahwa pengenalan penyelesaian fisik akan memberikan praduga obyektifitas definisi dari masalah pada proses.

Apabila penyelesain Perancangan telah dipikirkan terlebih dahulu padahal masalahnya sendiri secara keseluruhan belum dianalisa, maka tidak akan ada penelaahan permasalahan yang selanjutnya akan berkakibat hilangnya logika ( sanoff, 1977). Oleh sebab itu programming dan aktivitas  perancangan sebaiknya dipertimbangkan bersama-sama dan saling mengisi. Ini berarti bahwa proses perancangan harus dilihat secara menyeluruh dan menjadi satu.

Programming dan komponen-komponen untuk evaluasi dari proses menjadi satu dan tidak sebagai aktivitas yang terpisah. Informasi yang masuk ke dalam proses adalah menerus dan berlanjut sebagai aspek yang tumbuh dalam proses. Setiap bagian pada setiap saat tidak dapat berdiri sendiri secara analitis dan intuitif.

Hal-hal yang sifatnya asumsi sebanyak mungkin dikurangi dan pada hasil akhir diharapkan semuanya telah terukur dengan baik walau mungkin masih ada beberapa yang masih belum bisa terukurkan.

 
Perancangan (Desain) Sebagai "Problem Solving”

Perancangan dapat berarti sebagai sebuah problem solving (proses penyelesaian masalah). Persoalan yang dihadapi perancang ialah bagaimana menghasilkan sebuah rancangan yang mampu dipakai sebagai petunjuk merealisir bentuk suatu fasilitas pada suatu lokasi.

Bentuk dan isi dari desain tidak diketahui terlebih dahulu, sebab kalau sudah diketahui terlebih dahulu berarti tidak perlu ada perancangan, sebab tidak ada permasalahan. Disinilah letak diperlukannya suatu proses. Proses arsitektur tidak sekedar intuisi tanpa logika, berbeda dengan "art” dimana hampir dari seluruh proses didominasi oleh intuisi walaupun pada perkembangan akhir dari "art” sendiri juga menuntut adanya logika.

Perancangan merupakan suatu problem solving yang berbeda sama sekali dengan problem solving dibidang lain. Di perancangan akan terlibat dua masalah yang mempunyai karakter bertolak belakang yaitu: "art” dan "sains”. "Art” dalam hal ini mempunyai nilai kualitatif sedangkan "sains” mempunyai nilai kuantitatif. "Sains” yang mempunyai nilai kualitatif harus benar-benar diselesaikan dengan teori yang benar, tidak benar apabila hanya diasumsikan.  

Category: Opinion | Views: 1065 | Added by: pindo | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Only registered users can add comments.
[ Registration | Login ]