General [4] |
Books [3] |
Articles [20] |
Research Projects [3] |
Opinion [5] |
16:29 Pendidikan Arsitektur antara Harapan dan Kenyataan | |
Seharusnya timbul kesadaran baru diantara para
arsitek bahwa pada masa-masa sekarang
ini merupakan momen yang menentukan arah ‘berasitektur’ para arsitek
jika saja kesulitan ini berlalu nanti, jadi bukan hanya menjadikan gangguan
kelangsungan pendidikan di Arsitektur. Kehadiran Arsitektur asing sebenarnya
tidak harus menjadi acuan yang esensial, karena Karya-karya yang mereka
sebagian besar hanya merupakan karya-karya replikasi atau karya-karya standar. Secara umum memang pendidikan di luar negeri lebih baik daripada di
dalam negeri, tetapi tidak semua
pendidikan di luar negeri lebih baik daripada pendidikan di Seperti yang kita ketahui Bauhaus sebagai lembaga pendidikan pertama yang meletakkan dasar-dasar desain modern. Bauhaus memperkenalan kontribusi Gropius dalam gerakan modern. Sekalipun umur lembaga pendidikan desain modern ini tidak lama, namun asas-asas yang dikembangkannya masih terus aktual dalam kehidupan masyarakat industrial saat ini. Selain itu tidak kalah penting adalah peranan Bruno Taut, yang dikenal sebagai avantgardist arsitektur Jerman. Nama ini sering disebut sebagai satu tokoh mitos dalam gerakan modern. Sekalipun demikian kontribusi Bruno Taut bagi gerakan modern masih sangat langka dibahas. Tetapi pendidikan di Bauhaus merupakan pendidikan yang sangat mementingkan perenungan dalam mendisain, hal ini yang sering dilupakan ataupun tidak sempat dilakukan, sehingga seolah-olah karya-karya yang ada hanya merupakan replikasi-replikasi dari beberapa karya yang ada dan kemudian dimodifikasi kembali. Sedangkan kalau
kita berpaling ke kondisi Demikian banyaknya teori arsitektur dengan tekanan khusus pada disain harus kita kembangkan karena kita sangat tertinggal, terutama bagaimana mendisain arsitektur modern dan pasca-modernisme secara benar. Sedangkan yang terpenting adalah urban design, yang antara lain adalah : 1. Mampu untuk menanggapi permasalahan secara Kontekstual 2. Bagaimana merancang berbagai bangunan dalam sebuah kawasan yang relatif luas. 3. Menciptakan Public Space yang manusiawi. 4. Menghasilkan perancangan urban fabric dengan kepadatan yang sangat tinggi. Selain itu ada permasalah lain yang tidak kalah penting adalah Teknologi, dinama kita harus lebih banyak belajar untuk memahami teknologi dan bahan yang lebih modern dalam merancang. Sedangkan kenyataan yang ada sekarang ini, setiap tahun akan dihasilkan 3.500 sarjana arsitek baru , jika setiap semester Institusi di Indonesia menghasilkan 25 orang Arsitek. | |
|
Total comments: 0 | |